Sabtu, 19 September 2015

Hope

18 September 2015, pukul 11:35 PM gue baru pulang dari acara Addictive Aids di kampus gue (Ciee Mahasiswa baru, buat cerita gue di kampus baru entar aja), saat itu gue tiduran dikasur lalu ngecheck Sony XPeria Miro gue, dan tersadar kalau handphone gue udah mati. Lekas gue ambil charger terus di-charge tuh hape, seperti biasa layaknya mahasiswa rantauan, pulang kekostan (kebetulan gak asrama karena penuh) terus lanjut menghitung uang gue di dompet, sebagai mahasiswa yang jauh dari orang tua, uang adalah salah satu faktor terbesar untuk hidup di sini, makannya gue selalu mengecheck dompet gue secara berkala, apakah masih beruang atau sudah berlubang karena copet, atau malah sudah bersarang.

"180 ribu lagi" ujar gue.

Ketika hendak mau menutup dompet gue dan menyimpan dilemari, gue lihat ada pas photo gue pake dasi + baju SMA yang notabene itu photo buat SKHUN (yang kagak berwarna dengan margin berenda-renda), terus ngelirik, ada pas photo 3x4 pacar gue pake jilbab putih disampingnya. Ngakak. Gua ganti dengan pas photo terbaru untuk keperluan kuliah, setelah mencabut pas photo lama gue, gue lihat ada sebuah tulisan yang sangat berati bagi gue, begini tulisannya

To: Ibu

Ibu semoga cepat sembuh, sehat selalu, panjang umurnya..

From : Annisa

Sontak gue ingat akan kejadian yang membuat gue tersenyum bangga, hari itu tepat bertepatan 14 Februari 2013, ya Hari Valentine, atau sering disebut juga Hari Kamis (coba check di Kalender, guamah bener (|l'~•_•)~ ) kebetulan gue janjian ketemu sama pacar gue sepulang sekolah, terus sengaja beli coklat, cuma bedanya, kalau gue beli coklat itu bisa kapan aja, gak harus beli tanggal 14 Februari, toh 17 Agustus juga bisa apa salahnya, lalu gue dan pacar gue sepakat coklat yang gue beli itu gue kasih ke orang tua pacar gue dan coklat yang dibeli pacar gue itu buat orang tua gue, dan satu lagi kita sengaja nulis sebuah ucapan do'a atau sepucuk harapan bagi mereka, dan saatnya pun tiba kita bertukar coklat dan surat tersebut lalu memberikan coklat dan surat tersebut kepada orang tua kita masing-masing.

Gue masih ingat kebetulan ibu gue itu lagi sakit sehingga lagi gak dinas di Rumah Sakit (beliau kerja di RSUD) dengan santai gue mendekati dia, mencium tangan dan pipinya, lalu memberikan coklat dan surat tersebut

"Bu, nih ada titipan dari Firda"

"Alhamdulillah, apa nih?" ujarnya dengan wajah ke ibu-ibuan

"Coklat, nih juga ada suratnya"

Ibu gue membuka suratnya dan membacanya, tidak lama ia tersenyum lalu membuka coklatnya dan memakannya

"Suratnya buat aa yah,"

"Iya, tapi kok aa gak dikasih coklat?"

"Lah..., besok juga tinggal nagih aja ke firda kalau mau, toh sekarang lagi gak mau makan coklat malah kepengen sop Iga bakar"

Ibu gue tersenyum kecil

Lalu gue berniat ganti baju dikamar gue,

"Ya tapi..." kata gue dibalik pintu kamar.

"Kalau coklatnya gak habis kan mubadzir jadi aa bantuin makannya" ujar gue yang disusul tertawanya ibu gue, mungkin karena anaknya dia tau gue bakal bilang begitu.

Dan sekarang, ibu gue udah wafat, dan gue tau tidak lama setelah surat tersebut selisih beberapa bulan pada bulan April, dengan senyum di wajah jasad almh. Ibu gue, beliau menghadap kepada sang khalik melepaskan segala urusan duniawinya, dan menyerahkan segala hal yang ia miliki di dunia ini kepada kami, khususnya gue, hingga saat ini pun terkadang kami berbincang ria di alam mimpi, tak perlu penjelasan secara teoritis layaknya ilmuwan dan ahli fisikawan, apapun itu wujudnya dan alamnya, seseorang yang mati akan terus hidup di jiwa orang yang mengingatnya (Wataru, Takagi).

Dan satu hal saat gue membaca surat ini, gue berpikir kalau saat ibu gue masih ada, pacar gue menuliskan sebuah harapan agar beliau lekas sembuh dan diberikan umur yang panjang walau pada dasarnya umur manusia sudah ditentukan sebelum jagat raya ini terbentuk, tapi ia sudah berdo'a dalam bentuk sebuah surat dan sudah berharap agar beliau sehat seperti sedia kala. Tidak ada alasan bagi gue untuk tidak berharap akan orang tuanya diberi kesehatan, tidak ada alasan pula bagi gue untuk tidak mendo'akan keluarganya.

Dan yang penting, tidak ada alasan bagi gue untuk meninggalkan seorang wanita yang tulus mendo'akan orang tua gue.