Kamis, 15 Januari 2015

Before and After

"Vroh.. udah ada guru tuh Pak Djudjun" teriak temen gue yang jaga di balik pintu kelas. Tanpa di komando lagi, seketika temen-temen yang pada asyiknya nonton film Doraemon Stand by me di laptop, sedangkan gue cuma focus nonton anime kyoukai no kanata (buat lo serius rame tuh anime), dan setelah itu duduk manis (cuma 4 orang), sisanya pada duduk dengan sangat semangat (baca: sekarat) karena eh karena gurunya datang. "Assalamualaikum" salam guru Indonesia yang ngajar dikelas gue, (ya iyalah klo kagak ngajar dikelas gue, ngapain dia ngajar dikelas gue), yang dijawab dengan penuh semangat (baca : died) oleh semua temen-temen gue.

"Buka bukunya dan baca cerita essei ini oleh... Maulana". "errr iyaa pak.." dan temen-temen gue tertawa dengan muka "Mampus lo goblok!" dan gue cuma menghela nafas dan mengusap-usap paha gue aja. *bosen ngusap-ngusap dada mulu*

***

Suatu hari ada perlombaan mobil balap yang akan diadakan, dan ternyata ada 4 orang yang masuk final, semua orang memamerkan mobil balapnya, banyak mobil balap bagus dipajang disana, walaupun begitu ada satu mobil yang sederhana, yaitu mobil punya Mark. Walaupun begitu ia bangga dengan mobil buatan tangannya dan memang begitulah aturannya. Dan waktu untuk pertandingan pun hendak dimulai, namun Mark meminta waktu untuk berdo'a. "yak selesai". Dor. Pertandingan pun dimulai, ke empat mobil balap itu melaju dengan cepat dan yang pertama sampai garis finish adalah Mark, dan akhirnya Mark dipanggil sebagai pemenang dan hendak mengambil piala itu ke atas panggung.

Ketika dipanggung ia ditanya "hai jagoan, pasti kau berdo'a untuk meminta kemenangan mu kan ?". Mark hanya menggelengkan kepala, lalu menjawab "Aku hanya berdo'a agar Tuhan memberikanku kekuatan jika aku kalah, dengan begitu aku takan menangis walau kalah, rasanya tidak adil kalau kita berdo'a agar kita menang dan mendo'akan yang lain untuk kalah" semua orang termenung mendengar perkataan Mark, dan ia dinobatkan sebagai pemenang mobil balap itu"

***

Gue cuma termenung mendengar cerita yang gue bacakan, mungkin benar, kita sering berdo'a untuk mendapatkan posisi satu dan menumbalkan yang lain, dan sejak itu gue terlintas akan kepinginan gue untuk melanjutkan di Kedokteran Unsoed, gue dan semua orang pastinya berminat untuk masuk kesana, dan gak menutup kemungkinan gue mungkin gak keterima atau mungkin diterima, dan semua itu gak bakal ada yang tau, semuanya rahasia Tuhan. Dan saat itu gue berdo'a bukan agar Tuhan membantu / memudahkan gue agar bisa masuk Ke FK-Unsoed (dengan kata lain orang lain dipersulit), tapi berdo'a agar gue dan keluarga gue diberika kekuatan ketika gue tidak diterima di FK itu, dan gue akan tetap berusaha supaya gue bisa diterima di FK-Unsoed.

Mudah tapi sulit, namun setidaknya walaupun gak keterima Tuhan akan menunjukan jalan yang ternaik bagi gue untuk masa depan gue, dan setidaknya gue udah belajar 1 hal dari hal ini, gue belajar untuk Ikhlas akan segala hal yang gue terima di kehidupan gue. Bukankah dokter juga didasari rasa Ikhlas dalam melayani pasiennya ? Siapapun itu, dibayar atau tidaknya, prioritas utama adalah keselamatan pasiennya, baik kawan ataupun lawan, Presiden ataupun rakyat jelata.

"Jadi apa kesimpulan cerpen ini ?" tanya pak Djudjun ke gue. Dengan lantang gue jawab "kita harus menolong pasien apapun yang terjadi" dibarengi wajah gue yang tersenyum dan muka bingung guru bahasa Indonesia gue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar