Selasa, 08 Mei 2012

Cita-cita


Waiyaya!
Sebelum lo baca seterusnya gue pengen nanya :
1.      Cita-cita lo waktu TK apa ?
2.      Cita-Cita lo waktu SD apa ?
3.      Cita-cita lo waktu SMP apa ?
4.      Cita-cita lo waktu SMA apa ?
5.      Cita-cita lo Sekarang apa ?
Kalau gue dari zaman-ke-zaman, gue sering sekali ganti-ganti Cita-cita. TK gue kepengen jadi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), gak  tau kenapa gue pengen jadi ABRI, yang jelas waktu TK ABRI itu keren banget. Coba lo bayang, pake Senjata AK-47, pake Kevlar-Armor (Pelindung Peluru), Helmet (Yang jelas bukan GM, atau Berstandar SNI), Bawa Pistol Hawk (Ketauan gue copast dari Counter-Strike), bawa Smoke Granat, Flashbang, Defuse Kit. Badan Tegap, berbidang. (Keren kan ?!). Tapi gue baru sadar, ABRI itu harus siap Mati, dan gue gak-siap-untuk-mati. So, gue ganti tuh cita-cita.
Waktu SD gue kepengen jadi, Guru. Yap, pekerjaan yang sangat mulia dan terpuji, bahkan disebut “Pahlawan Tanpa Jasa”. Tapi, semenjak gue tau ternyata eh ternyata, ada kabar burung (Entah burung apa yang jelas (Mungkin) bukan burung pa RW). Ada guru yang dibunuh ketika lagi ngambil uang di bank. Karena waktu SD gue emang (Teramat) (dan sangat teramat) Bego, gue takut dan gak mao jadi guru.
Waktu SMP (atau sekarang) gue kepengen jadi Arsitektur, alasannya simple, gue suka ama interior design, dan gue hobby nge-gambar, jadi gue pilih Artsitektur, tapi setelah gue pikir-pikir niat itu gue urungkan setelah gue tau. Kebanyakan mayoritas masyarakat lebih membangun rumah (baca : surga dunia) oleh sendirinya (TANPA KONSULTASI DENGAN ARSITEKTUR) itu jelas ancaman yang berarti Job buat gue tidak menentu, dan penghasilan sesuai dengan “Nama” kita (maksudnya peringkat, ke terkenalan di muka umum , dll). Makannya gue gak terlalu kepengen jadi Arsitektur
Waktu gue kelas 3 SMP (atau kelas 9) yang menuju SMA, gue berpikir untuk menjadi seorang Dokter. Alasannya juga sih simple, karena keluarga gue hampir semuanya berbau medis, ibu gue perawat, kakak gue ngambil jurusan Analis Kesehatan. Dan juga emang gue lumayan tertarik dengan ilmu medis.
Dan ketika gue sedang ngetik nih postingan buat gue post di blog gue, yang gue pikir adalah, “Setelah gue besar, gue punya cita-cita terus gue nikah, gue punya anak, terus gue pasti ada kata pensiun, terus apakah gue akan berhenti dalam hal Ber-cita-cita ?”
Kita suatu saat akan mendapatkan apa yang kita cita-citakan (contohnya gue yang rencana jadi dokter, dan kesampe-an) terus, kalo udah jadi dokter apa kita tidak akan bercita-cita kembali ? Dan apa hanya sampai disana cita-cita kita yang kita perjuangkan sejak lahir ? Mulai dari kita bersekolah, mendapat nilai, pujian celaan, semuanya dan berhenti dengan seketika ?
Dari sana gue mulai berpikir, menelaah sekeliling gue, gue lihat camera digital, yang ada disamping gue, gue liat kado yang gue belikan untuk pacar gue, gue lihat jam tangan Rolex Gold yang sekarang gue pakai, gue liat pepohonan di luar kelas gue, dan saat itu gue penjamkan mata, menghirup oksigen yang bebas berterbangan yang gratis gue isap, gue rasakan apa yang ada di hati. Dan gue simpulkan.
Cita-cita kita memanglah banyak tetapi, di akhir kehidupan kita, kita bercita-cita menjadi yang terbaik bagi keluarga kita” --- Maulana Ashadi ---

2 komentar: