Korupsi ? Siapa yang gak kenal dengan Tikus yang palik unique di dunia, biasanya tikus
telanjang , ini pake kemeja berjas and pake
dasi. Biasanya hobi makan keju sekarang hobi makan Fullus. Biasa ditemukan di tempat kotor, yang ini tinggal di
Gedung-gedung ber-AC.
Yang dimaksud Korupsi adalah dimana orang (baca : Tikus berdasi yang meraja lela) yang menggunakan uang Negara
demi kepentingan sendiri. Banyak sekali kasus tentang Korupsi, mungkin kelak, Indonesia punya budaya baru yaitu “Korupsi” (dan gue berharap Malaysi
cepet-cepet mengambil atau mengklaim budaya yang satu ini, terus lapor ke Unesco agar di paten-kan menjadi budaya Malasyia) (atau kalau gak ada yang
nge-klaim gue mau minta agar jin “Jarum 76” ngilangi kasus Korupsi).
Terus, title diatas itu apa
maksudnya ? Title yang artinya “Jalan ?
Itu adalah Tempat Kerjaku”. Ditengah Kasus yang menggunakan uang Negara
agar mencukupi kehidupan mereka, ada sebagian orang yang berusaha di Jalanan,
mencari secarik uang dengan jerih payah mereka. Yup, waktu perjalan gue ke bandung di jalan daerah buah batu,
dimana mereka berusaha dari kendaraan menuju kendaraan berusaha mendapatkan
uang walau hanya Rp 1.000,-
Gue lihat antara lain :
- Sejenis Penari Jaipongan
- Penjual Koran
- Penjual Peta (Khusus Bandung)
- Banci
Kita Mulai . . .
- Sejenis Penari Jaipongan
Gue lihat itu seorang cewek berumur 12 tahun dengan
seorang, lelaki dewasa (Kayaknya ayahnya deh), dimana si ayah bawa-bawa Loadspeakers atau Salon, terus tuh si cewek nari-nari jaipong. Mereka berusaha dengan
cara menghibur dengan tarian-tarian daerah.
“Koran-koran.. pak korannya pak”. Ketika gue denger
kenapa kebanyakan penjual Koran manggilnya “Bapak” atau “Pak” bukan “Ibu” atau
“Bu” (Balik ke persoalan). Biasanya
yang gue lihat banyak supir-supir Truk yang sering beli ini dengan harga
relative murah, berkisar Rp 1.000,- Koran bagai teman saat anda terjebak
“M-A-C-E-T”. Para penjual Koran mereka berusaha keras walau hanya mendapat Rp
1.000,- mereka tetep, tabah menjalani
hidup.
3
3. Penjual
Peta (Khusus Bandung)
“Bagai menemukan Oasis di padang Pasir” itu pendapat
gue tentang penjual Koran. Mereka bagai Cahaya dari kegelapan karena (Anjrett
gue Nyasar di bandung) terbayang seorang remaja jika sedang pacaran hendak
“Nice Dinner”
Cowok : Yang kayanya kita nyasar deh
Cewek : Gimana dong ? udah sore nihh ?
Cowok : Aku gak tau yang
? *Panik-panik*
Cewek : Gimana dong ? *Kaya naek hysteria
padam listrik*
Penjua Peta : Tenang bak, Peta ini akan membantu anda Versi 2012 Karya
pelukis terkenal
Pablo Piccaso.
Dan akhirnya mereka bisa “Have a Nice Dinner”. Dan
karena itu banyak penjual peta bandung, yahh walau tidak terlalu mahal,
setidaknya bisa untuk satu hari
4.
4. Banci
Mereka Cowok, dandan kaya Cewek. (Oh my God) entah apa yang ngebuat mereka berpikir tapi daripada
seorang Korupsi gue lebih berpikir Banci lebih murni mendapatkan uangnya.
Mereka berusaha dengan nyanyi “Aku tak
mau walau a~ku tak mau” (Kalo lo protes soal lagu yang jelas gue bukan
termasuk banci). Yah, walau kenapa
juga mereka bukan jadi seorang pengamen atau sejenisnya (yang berpakaian
selayaknya dengan kelamin).
Mereka semua berkerja semampu mereka, menghasilkan uang dengan jerih
payah dan keringat mereka (walau banci salah dalam prossesing) tetapi mereka semua berhasil berperilaku jujur, mereka
mendapatkan uang bukan dari uang negara, mereka hanya menghibur orang lain,
mereka berusaha dengan keringat jerih payah sendiri, tidak seperti koruptor
dengan bebas dia menggunakan uang Negara, mereka rela menyita waktu bermain
mereka hanya untuk mendapatkan uang, tidak seperti Koruptor mereka memiliki
waktu yang banyak.
Mereka pintar menggunakan
kemampuan, mereka tau bahwa kalau mencuri memang bisa membuat mereka bahagia
hidup di dunia tapi mereka tau bahwa itu adalah hal yang keji, berbeda dengan
koruptor, kebanyakn lulusan D-III, S1, S2, dst. Tapi mereka salah dalam
menggunakan kepintarannya, dan kenapa mereka (pekerja-jalanan) tidak bisa
berbuat mencuri, karena mereka merasakan, apa yang tidak kita rasakan. Hidup
dijalanan itu sulit mencari secarik uang itu sulit, dan yang paling gue pikir
adalah…
“Kenapa kita sering menganggap bahwa mereka (pekerja-jalanan) adalah
orang yang malas berusaha ?” ---
Maulana Ashadi ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar